
Hadirnya human immunodeficiency virus (HIV) sekarang sudah masuk dalam dekade kelima dan tentu saja pencegahan dan pengobatan HIV telah sangat berubah selama waktu tersebut. Dan munculnya obat profilaksis pra-pajanan (PrEP) sebagai inovasi yang efektif telah merevolusi pendekatan pencegahan dan tantangannya sekarang ialah meningkatkan kesadaran masyarakat, terkhusus masyarakat beresiko tinggi seperti Laki-laki seks laki-laki (LSL), transgender, Wanita Pekerja Seks (WPS), dan sebagainya. PrEP masuk ke Indonesia pada tahun 2017 yang saat itu masih dalam kondisi tahap uji coba dan resmi diperkenalkan pada masyarakat Indonesia pada tahun 2022, pada Provinsi Jawa Tengah PrEP hanya ada di Kota Semarang dan dapat diakses pada empat puskesmas, yaitu puskesmas Halmahera, Poncol, Kedungmundu, dan Lebdosari.
PKBI Kota Semarang sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang fokus utamnya kepada isu-isu kesehatan reproduksi ikut andil dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama masyarakat marginal (beresiko tinggi). Pada tahun ini, terhitung dari bulan Januari hingga November, PKBI Kota Semarang sudah mendampingi masyarakat kelompok resiko tinggi dengan jumlah 4169 orang untuk melakukan tes HIV dengan hasil non reaktif. Dan dari data PKBI Kota Semarang, kelompok masyarakat beresiko tinggi yang sudah melakukan tes dan bersedia untuk mengakses PrEP berjumlah 286 orang. Penggunaan PrEP harus dilakukan secara konsisten agar mendapatkan hasil yang efektif secara maksimal dalam upaya untuk pencegahan virus HIV di Kota Semarang.
di Indonesia sendiri, pemakaian PrEP terbagi menjadi 2 alur atau dua rejimen PrEP, yaitu rejimen harian dan rejimen Event-Driven (ED). Rejimen harian disarankan untuk orang yang melakukan hubungan seksual secara rutin dan dapat digunakan oleh semua sasaran PrEP, sedangkan rejimen Event-Driven (ED) disarankan untuk orang yang jarang melakukan hubungan seksual dan hanya disarankan untuk laki-laki seks laki-laki (LSL) dan Waria.
Seperti layaknya obat pada umumnya, Profilaksis pra-pajanan (PrEP) juga memiliki beberapa efek samping untuk penggunanya, namun tidak semua orang mengalaminya, karena sistem kekebalan tubuhnya cukup baik, efek samping dari penggunaan PrEP biasanya terjadi pada awal penggunaan dan hanya bersifat sementara, salah satu kemungkinan efek samping dari penggunaan PrEP yaitu mual, rasa tidak nyaman pada perut dan terkadang disertai keinginan untuk muntah, untuk mengatasi hal ini dapat mengkonsumsi tablet penghilang mual selama atau segera setelah makan untuk mengurangi efek mual. Yang kedua yaitu sakit kepala, jika mengalami sakit kepala yang menetap setelah mengkonsumsi PrEP, ini harus berbicara dengan penyedia layanan kesehatan. Dokter yang meresepkan PrEP, biasanya menyarankan pasiennya untuk mengkonsumsi paracetamol guna membantu meringankan sakit kepala.
Referensi:
Sayaberani.org. PrEP, "Evolusi Pencegahan HIV". (2022, 17 November). https://sayaberani.org/prep-evolusi-pencegahan-hiv/
PPT Profilaksis PrEP di Indonesia (UNAIDS),
Data PKBI Kota Semarang